Internet
muncul sebagai medium massa besar kedelapan dengan banyak isi, terutama melalui
web coding yaitu melebihi media
tradisional banyak hal. Internet muncul di pertengahan 1990-an ia adalah
jaringan kebel, telpon dan satelit yang menghubungkan komputer.
Gambar 1: komunikasi web
Sumbe: vivian,2008: 262
Web adalah struktur kode-kode yang
mengizinkan pertukaran bukan hanya antarteks, tetapi juga grafis, video juga
audio. Istilah web berasal dari syistem hubungan jaringan jutaan komputer yang
menyerupai jejaring laba-laba.
Awalan cyber adalah awalan yang dipakai untuk hampir segala sesuatu yang
melibatkan komunikasi lewat komputer, cyberspace
adalah temat maya dimana komunikasi terjadi.
Internet disebut sebagai medium
massa demokratis karena dapat menciptakan isi internet sendiri-sendiri. Hampir
semua orang bisa menempatkan situs di internet. Kelemahan dari begitu banyaknya
input dari banyak orang ini adalah gatekeeper
media traditional menjadi tidak bisa dihadirkan untuk menjamin akurasi. Ada
banyak situs yang di percaya yang punya penjaga tetapi internet juga penuh
dengan inforasi sampah.
Tentu saja informasi sampah tidak
hanya ada di internet, tetapi diantara media lama, kebanyakan kehidupan
ekonominya tergantung pada audien. Koran yang tidak bisa dipercaya misalnya
pada akhirnya akan kehilangan pembaca. Orang tidak akan membelinya lagi dan
koran tersebut akan lenyap dari peredaran.internet tidak punya imperatif ekonomi seperti itu sebuah situs
dapat dibuat dan dipertahankan tanpa banyak modal situs internet yang buruk
sekalipun bisa hidup selamanya.
Kebijakan Publik dan Iternet
Kemampuan hampir setiap orang untuk
memposting isi materi (content) diinternet menimbulkan isu dan masalah
kebijakan publik baru. Dunia media baru ini diilustrasikan dengan baik oleh
sifat dari blog. Isu pripasi
Blog
Blog
merupakan singkatan dari web log yang artinya adalah suatu bentuk
aplikasi/layanan web yang dibuat untuk memudahkan user dalam mempublikasikan
informasi yang dimilikinya melalui tulisan-tulisan yang dimuat dalam sebuah
postingan, Blog sendiri mempunyai fungsi yang sangat beragam seperti menjadi
sebuah catatan harian, menjadi media publikasi, sampai dengan menjadi sebuah web
portal bagi perusahaan (Sumber: http://www.rumahkiat.com/pengertian-blog-atau-website/)
Diera ketika biaya untuk memiliki
biaya berada diluar jangkauan kantong orang awam, internet sudah
mendemokratiskan komunikasi massa meskipun internet masih merupakan medium
baru. Aturanya pun baru. Anggota senat AS Trent Lott tak pernah menyangka bahwa
karirnya akan berakhir akibat tekanan melalui jaringn online yang dilakukan oleh seorang warga yang berada ditempat yang
tidak diketahuinya.
Joshua Marshall, yang membuat web
sendiri talkingpointsmemo.com yang menyebarkan pidato lott yang tergantung
sudut pandang anda, bisa terdengar rasis atau tidak sensitif dengan isu ras.
Komentar lott ini di sampaikannya pada ulang tahun ke 100 Senator Strom Thurmont
yang dahulu adalah pendukung kebijakan pemisahan ras. Para blogger lain juga
yang marah ikut bergabung. Tiga hari kemudian berita ini masuk NBC empat hari
kemudia Lott minta maaf, dua minggu kemudian rekan-rekan di Senat menggusur
dari kursi kepemimpinan.
Blog terkenal karena sifatnya yang
bebas untuk semua.web membuat warga punya akses ke audiens yang sangat luas web
bisa menjadi corong yang luas dan efektif diluar media berita traditional yang
lahir dari tradisi dan praktik yang sudah terlembagakan.
Kemudian akses ke audiens yang
dimiliki bloger juga memiliki problem. Kebanyakan blogger masih amatir dalam
pemberitaan. Dan mereka kurang berpengalaman dalam tradisi jurnalisti.
Misalnya, para blogger yang melahirkan bahwa calon presiden John Kerry dan pejabat
kantornya punya hubungan gelap.
Kasus Yang di Alami Nila Tanzil
Menteri
Pariwisata Malaysia Datuk Seri Tengku Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa apa yang ditulis seorang
wartawati Indonesia dalam blog-nya adalah
bohong. Tulisan tersebut ditulis Nila dan di-posting di blog
maverickid.blogspot.com tertanggal 31 Januari 2007, dengan judul "Malaysia
Tourism Board, Disappointing" (Dewan Pariwisata Malaysia, Mengecewakan).
Nila adalah seorang Public Relation Consultant di sebuah perusahaan PR di
Jakarta. Perjalanannya ke Malaysia adalah dalam rangka liputan untuk acara
"Melancong Yuk!" yang tayang di SCTV. Oleh SCTV, tepatnya acara
Liputan 6, Nila dikontrak sebagai presenter acara tersebut dengan status
pekerja lepas. Saat dihubungi detikINET, Jumat (16/3/2007), Nila bercerita
bahwa tulisan tersebut dia buat pada tanggal 1 Februari 2007, usai merampungkan
perjalanan lima hari di Malaysia pada 25-30 Januari 2007. "Setelah itu, Nila dapat kabar dari orang SCTV bahwa tulisannya bikin heboh
orang Malaysia Tourism Board. Lalu oleh orang SCTV dijawab bahwa tulisan itu
bersifat pribadi, tidak ada kaitannya dengan SCTV,"
Banyak
blog yang menulis tentang pernyataan Tengku Adnan yang mengatakan "semua
blogger adalah pembohong, dari 10 ribu blogger pengangguran, 8 ribu di
antaranya adalah wanita." "Baru kemarin Tengku Adnan mengklarifikasi
bahwa yang dia maksud adalah blogger Indonesia," Nila berujar. Berubah
Nasib Tak hanya membuat gerah pihak Tourism Board Malaysia, tulisan Nila di
blog tersebut juga mengubah nasibnya di acara "Melancong Yuk!".
"Setelah kejadian itu, SCTV membatalkan perjalanannya ke Makassar. Dan
sampai sekarang tidak ada kabar dari orang SCTV, dan tidak ada surat resmi
tentang statusnya pada saat itu,"
kata Nila. "Aku jadi bingung, padahal di kontrak tidak disebutkan ada
larangan menulis blog," ujarnya sambil tertawa. Nila mengatakan tidak ada
maksud buruk di balik tulisannya. "Aku berharap pihak Malaysia Tourism
Board dapat mengambil input
positif dari apa yang aku tulis di blog, untuk memperbaiki Visit Malaysia tahun
depan. Kalau mau klarifikasi, silahkan klarifikasi," tuturnya
Dari paparan di atas tentulah cyber sangat memberi dapak
baik positif maupun negatif berikut isi dari postingan yang di tulis oleh Nila
Tanzil
Malaysia Tourism Board, Disappointing
Malaysia Tourism Board invited
over 190 journalists from all over the world to witness the opening of Floral
Festival 2007, which was part of the Visit Malaysia 2007 program.
From Indonesia, 17 journalists
from 10 media – 7 printed media, 3 tv stations -- followed the 5 days trip in
Malaysia (Jan 25th to 30th). I got a chance to represent SCTV to go there
together with Anca Leksmana (producer) and Bambang Triyono (cameraman). Being
invited by the Malaysia Tourism Board, I had a high expectation that it would
be a fun and easy trip, in the sense of we would get easy access to explore
interesting places in the country.
However, it surprised me that in
most of the places written on the itinerary, we couldn’t shoot anything!
Actually, when we just arrived at the hotel, the first thing I asked to the
Senior Tourism Officer of Malaysia Tourism Board was a simple letter stating
that they invited SCTV to come to promote the country for Visit Malaysia 2007,
in case we needed it. But, to write such letter, the officer said that they
needed two weeks time! Geezz.. Why does it take so long to write a simple
letter? I understand bureaucracy might be complicated, but couldn’t they make
it simpler to ease the work of the journalists?
So, we were there for 6 days, had
an itinerary on hands that looks fabulous from outside but useless. For
example, there was a shopping tour program for 5 hours in 2 shopping malls and
IKEA. But then, in these malls, it was forbidden to shoot anything. As journalists
who work for a TV station, what’s the point going there if we couldn’t record
anything? We came to Malaysia to work, not for holidays. We are not tourists.
Another small example, we were
scheduled to have lunch at a revolving restaurant at KL Tower. We also couldn’t
shoot there and the manager even had no idea that a TV station from Indonesia
would come. Being in KL Tower, the 4th tallest tower in the world, it would be
such a waste if we couldn’t shoot some scenes from the top of the tower. So, we
contacted the PR of KL Tower by ourselves. I got her number from a French
journalist who works in KL. We got a good response from her as she realized
that it would be a good exposure for KL Tower. Unfortunately, it was Sunday and
it was such a short notice. She could only assign a customer service to take us
to see the facilities that they have and shoot there. If we contacted her
earlier (on the workdays), then she could have arrange a tour to the top of the
tower, which is not a public area. Wouldn’t it be amazing?
She wanted the Tourism Board to
contact her to confirm that it was true SCTV came on behalf of their
invitation. So, we asked the representative of the board to call her.
Apparently, she already contacted the Tourism Board in KL herself. And this
caused a little bit of a crisis in the board (Malaysia and Indonesia offices).
The representative of the board from Indonesia who brought us there, called us
up saying that her boss was angry at her and now she looked so stupid and
unprofessional in doing her job. So, she warned us not to contact any parties
directly in the future. Oh great! Being journalists on a TV station, our job is
to get a good picture and produce a good show. If the board didn’t do their
homework in arranging permit to shoot in any places, then as journalists, it
was our instinct to contact the party directly. Especially, when we could get
direct access to the party (journos always know how to get direct access,
right? ;))
Being a PR myself, I couldn’t
believe how the Malaysia Tourism Board didn’t understand what the media needed.
A TV station doesn’t need to go to IKEA and eat at a fancy restaurant if they
couldn’t get any story (and picture) out of it. Plus, there are so many nice
places in Malaysia that actually we could explore for 5 days, apart from
staying in Kuala Lumpur only! Too bad the board didn’t allow us to go outside
KL (only to Genting Highlands and Putrajaya). They should’ve created a program
highlighting the best spots in the country and most importantly, arranged a
permit in each of the places so that we could shoot there freely.
Plus, we got a tour guide that had no experience in guiding the media. She made our days even harder as she always forbids us to shoot here and there, even in Petaling Street (China Town)! Ckckck.. (but we tried to convince her that it was ok to shoot there and if anything bad happens , we wouldn’t blame her. Oyeah, we also managed to drag her to take us to Batu Caves Temple after the Genting Highlands trip. Batu Caves wasn't included in the itinerary, but we had to go there, otherwise we wouldn't have enough images/stories for the show due to all the limitations)
Plus, we got a tour guide that had no experience in guiding the media. She made our days even harder as she always forbids us to shoot here and there, even in Petaling Street (China Town)! Ckckck.. (but we tried to convince her that it was ok to shoot there and if anything bad happens , we wouldn’t blame her. Oyeah, we also managed to drag her to take us to Batu Caves Temple after the Genting Highlands trip. Batu Caves wasn't included in the itinerary, but we had to go there, otherwise we wouldn't have enough images/stories for the show due to all the limitations)
So, 5 days in KL, we felt
frustrated. Frustated by the board and… by the tour guide! Hopefully, next year
the board does their homework well and knows the needs of each type of the
media. If not, it would be such a waste to invite many journos from all over
the world if they couldn’t maximize their work during their stay there.
Now you know how frustated we
were when filming the show. This is a behind the screen story ;). The "Melancong
Yuk" Malaysia episodes will be aired on Saturday, 3 February and
Sunday, 4 February at 6.30am in SCTV.
It will be 2 different episodes,
full of hard work and lots of candid shots. So, make sure you watch both of
them! ;) (Sumber: http://maverickid.blogspot.com/2007/01/malaysia-tourism-board-disappointing.html)
Malaysia
Tourism
Board,
Mengecewakan
Malaysia
Tourism Board mengundang lebih dari 190 wartawan dari seluruh dunia untuk
menyaksikan pembukaan Festival Floral 2007, yang merupakan bagian dari Visit
Malaysia 2007 program. Dari
Indonesia, 17 wartawan dari 10 media - 7 media cetak, 3 stasiun tv - mengikuti
perjalanan 5 hari di Malaysia (25-30 Januari). Aku mendapat kesempatan untuk
mewakili SCTV pergi ke sana bersama-sama dengan Anca Leksmana (produsen) dan
Bambang Triyono (kameramen). Diundang oleh Badan Pariwisata Malaysia, saya
memiliki harapan tinggi bahwa itu akan menjadi perjalanan yang menyenangkan dan
mudah, dalam arti kita akan mendapatkan akses mudah untuk menjelajahi
tempat-tempat menarik di negara ini.
Namun,
mengejutkan saya bahwa di sebagian besar tempat-tempat yang ditulis di itinerary,
kami tidak bisa merekam
apapun! Sebenarnya, ketika kita baru saja tiba di hotel, hal pertama yang saya
diminta untuk Petugas Pariwisata Senior Malaysia Tourism Board adalah surat
sederhana menyatakan bahwa mereka diundang SCTV untuk datang ke negara itu
untuk mempromosikan Visit Malaysia 2007, dalam kasus kita membutuhkannya. Tapi,
untuk menulis surat tersebut, petugas mengatakan bahwa mereka perlu waktu dua
minggu! Geezz .. Mengapa membutuhkan waktu begitu lama untuk menulis surat
sederhana? Saya mengerti birokrasi mungkin rumit, tapi tidak bisa mereka
membuatnya lebih sederhana untuk memudahkan pekerjaan wartawan?
Jadi,
kami berada di sana selama 6 hari, memiliki jadwal di tangan yang tampak cantik
dari luar tapi tidak berguna. Misalnya, ada wisata belanja Program selama 5 jam
dalam 2 pusat perbelanjaan dan IKEA. Tapi kemudian, dalam mall, hal itu dilarang
untuk merekam apapun. Sebagai
wartawan yang bekerja untuk sebuah stasiun TV, apa gunanya pergi ke sana jika
kita tidak bisa merekam sesuatu? Kami datang ke Malaysia untuk bekerja, bukan
untuk liburan. Kami bukan wisatawan.
Contoh
lain kecil, kami dijadwalkan untuk makan siang di sebuah restoran berputar di
KL Tower. Kami juga tidak bisa merekam
di sana dan manajer bahkan tidak tahu bahwa sebuah stasiun TV dari Indonesia
akan datang. Berada di KL Tower, menara tertinggi ke-4 di dunia, akan menjadi
seperti sampah jika kita tidak bisa direkam
beberapa adegan dari puncak menara. Jadi, kami menghubungi PR dari KL Tower
oleh diri kita sendiri. Saya mendapat nomor teleponnya dari seorang jurnalis
Perancis yang bekerja di KL. Kami mendapat respon yang baik dari saat ia
menyadari bahwa itu akan menjadi paparan baik untuk KL Tower. Sayangnya, itu
hari Minggu dan itu seperti sebuah pemberitahuan singkat. Dia hanya bisa
menetapkan layanan pelanggan untuk membawa kami untuk melihat fasilitas yang
mereka miliki dan merekam
di sana. Jika kami menghubungi sebelumnya dia (pada hari kerja), maka dia bisa
mengatur perjalanan
ke puncak menara, yang bukan merupakan area publik. Bukankah lebih menakjubkan?
Dia
ingin Tourism Board menghubunginya untuk mengkonfirmasi bahwa hal itu benar
SCTV datang atas nama undangan mereka. Jadi, kami meminta wakil dari Tourism
Board untuk meneleponnya. Rupanya, dia sudah menghubungi Dewan Pariwisata di KL
sendiri. Dan ini menyebabkan sedikit krisis di Tourism Board (Malaysia dan
kantor Indonesia). Perwakilan dewan dari Indonesia yang membawa kita di sana,
memanggil kami mengatakan bahwa bosnya marah padanya dan sekarang dia tampak
begitu bodoh dan tidak profesional dalam melakukan pekerjaannya. Jadi, ia
memperingatkan kita untuk tidak menghubungi langsung pihak di masa depan. Oh,
bagus! Menjadi jurnalis di stasiun televisi, tugas kita adalah untuk
mendapatkan gambar yang bagus dan menghasilkan sebuah pertunjukan yang baik.
Jika dewan tidak melakukan pekerjaan rumah mereka dalam mengatur izin untuk merekam di setiap tempat, maka
sebagai wartawan, itu adalah insting kita untuk menghubungi pihak secara
langsung. Terutama, ketika kita bisa mendapatkan akses langsung ke pihak
(jurnalis selalu tahu bagaimana mendapatkan akses langsung, kan? ;))
Menjadi
PR sendiri, saya tidak percaya bagaimana Malaysia Tourism Board tidak mengerti
apa yang media diperlukan. Sebuah stasiun TV tidak perlu pergi ke IKEA dan makan
di restoran mewah jika mereka tidak bisa mendapatkan cerita (dan gambar) dari
itu. Plus, ada tempat bagus begitu banyak di Malaysia yang benar-benar kita
dapat mencari selama 5 hari, selain tinggal di Kuala Lumpur saja! Sayang sekali
dewan tidak memungkinkan kita untuk pergi ke luar KL (hanya untuk Genting
Highlands dan Putrajaya). Mereka harus telah membuat program menyoroti tempat
terbaik di negeri ini dan yang paling penting, diatur izin di setiap tempat
sehingga kita bisa merekamyang ada secara bebas.
Plus, kami mendapat pemandu wisata yang tidak memiliki pengalaman dalam membimbing media. Dia membuat hari-hari kita lebih keras seperti yang selalu melarang kita untuk merekam di sana-sini, bahkan di Petaling Street (China Town)! Ckckck .. (Tapi kami mencoba untuk meyakinkan dia bahwa itu ok untuk merekam di sana dan jika sesuatu yang buruk terjadi, kita tidak akan menyalahkannya Oyeah, kami juga berhasil menyeretnya untuk membawa kami ke Kuil Batu Caves setelah perjalanan Tanah Tinggi Genting.. Gua Batu tidak termasuk dalam jadwal, tapi kami harus pergi ke sana, jika tidak kita tidak akan memiliki cukup gambar / cerita untuk acara karena segala keterbatasan)
Jadi, 5 hari di KL, kami merasa frustrasi. Frustated dengan Tourism Board. oleh pemandu wisata! Mudah-mudahan, tahun depan Tourism Board melakukan pekerjaan rumah mereka dengan baik dan mengetahui kebutuhan setiap jenis media. Jika tidak, itu akan menjadi seperti sampah untuk mengundang jurnalis banyak dari seluruh dunia jika mereka tidak bisa memaksimalkan pekerjaan mereka selama mereka tinggal di sana.
Plus, kami mendapat pemandu wisata yang tidak memiliki pengalaman dalam membimbing media. Dia membuat hari-hari kita lebih keras seperti yang selalu melarang kita untuk merekam di sana-sini, bahkan di Petaling Street (China Town)! Ckckck .. (Tapi kami mencoba untuk meyakinkan dia bahwa itu ok untuk merekam di sana dan jika sesuatu yang buruk terjadi, kita tidak akan menyalahkannya Oyeah, kami juga berhasil menyeretnya untuk membawa kami ke Kuil Batu Caves setelah perjalanan Tanah Tinggi Genting.. Gua Batu tidak termasuk dalam jadwal, tapi kami harus pergi ke sana, jika tidak kita tidak akan memiliki cukup gambar / cerita untuk acara karena segala keterbatasan)
Jadi, 5 hari di KL, kami merasa frustrasi. Frustated dengan Tourism Board. oleh pemandu wisata! Mudah-mudahan, tahun depan Tourism Board melakukan pekerjaan rumah mereka dengan baik dan mengetahui kebutuhan setiap jenis media. Jika tidak, itu akan menjadi seperti sampah untuk mengundang jurnalis banyak dari seluruh dunia jika mereka tidak bisa memaksimalkan pekerjaan mereka selama mereka tinggal di sana.
Sekarang
Anda tahu bagaimana frustasi kami saat syuting acara itu. Ini adalah cerita di
balik layar ;). The "Yuk Melancong" Malaysia episode akan ditayangkan
pada Sabtu, 3 Februari dan Minggu, 4 Februari di 06:30 di SCTV.
Ini
akan menjadi 2 episode yang berbeda, penuh kerja keras dan banyak gambar
terang. Jadi, pastikan Anda menonton keduanya!
;)
Dari model komunikasi web yang dalam buku vivian seorang sumber
menyampaikan informasi kepada orang banyak dan si sumber mengontrol pesan yang
disampaikan dalam hal ini Nila Tnazil merupakan sumber isi pesan yang di
posting nya di maverickid.blogspot.com
yang mengkritik pelayanan Malaysia
Tourism
Board jika
dilihat dari reaksi tengku adnan web log mampu menjadi media perubahan dan
menjadi media yang efektif,
Karena sifatnya yang bebas untuk semua. Saya rasa
Nila Tanzil mengungkapkan apa yang ada tetapi karena menyangkut citra perusahaan
tempat ia kerja sehingga Nila Di dikeluarkan dari SCTV. Disini dampak yang
dialami oleh malaysia adalah marah, dan resah dengan demikian seorang blogger
mampu melakukan itu,
Sumber:
Jhon
vivian, 2008, Teori komunikasi massa, Jakarta:
Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar