AWALI DENGAN BASMALLAH

www.viva.co.id

Kamis, 03 Mei 2012

Jangan Remehkan Bloger, karena Ia Mampu Mengguncang Dunia


Internet
Internet muncul sebagai medium massa besar kedelapan dengan banyak isi, terutama melalui web coding yaitu melebihi media tradisional banyak hal. Internet muncul di pertengahan 1990-an ia adalah jaringan kebel, telpon dan satelit yang menghubungkan komputer.
Gambar 1: komunikasi web
           

 
Sumbe: vivian,2008: 262

            Web adalah struktur kode-kode yang mengizinkan pertukaran bukan hanya antarteks, tetapi juga grafis, video juga audio. Istilah web berasal dari syistem hubungan jaringan jutaan komputer yang menyerupai jejaring laba-laba.
            Awalan cyber adalah awalan yang dipakai untuk hampir segala sesuatu yang melibatkan komunikasi lewat komputer, cyberspace adalah temat maya dimana komunikasi terjadi.
            Internet disebut sebagai medium massa demokratis karena dapat menciptakan isi internet sendiri-sendiri. Hampir semua orang bisa menempatkan situs di internet. Kelemahan dari begitu banyaknya input dari banyak orang ini adalah gatekeeper media traditional menjadi tidak bisa dihadirkan untuk menjamin akurasi. Ada banyak situs yang di percaya yang punya penjaga tetapi internet juga penuh dengan inforasi sampah.
            Tentu saja informasi sampah tidak hanya ada di internet, tetapi diantara media lama, kebanyakan kehidupan ekonominya tergantung pada audien. Koran yang tidak bisa dipercaya misalnya pada akhirnya akan kehilangan pembaca. Orang tidak akan membelinya lagi dan koran tersebut akan lenyap dari peredaran.internet tidak punya  imperatif ekonomi seperti itu sebuah situs dapat dibuat dan dipertahankan tanpa banyak modal situs internet yang buruk sekalipun bisa hidup selamanya.
Kebijakan Publik dan Iternet         
            Kemampuan hampir setiap orang untuk memposting isi materi (content) diinternet menimbulkan isu dan masalah kebijakan publik baru. Dunia media baru ini diilustrasikan dengan baik oleh sifat dari blog. Isu pripasi
Blog
            Blog merupakan singkatan dari web log yang artinya adalah suatu bentuk aplikasi/layanan web yang dibuat untuk memudahkan user dalam mempublikasikan informasi yang dimilikinya melalui tulisan-tulisan yang dimuat dalam sebuah postingan, Blog sendiri mempunyai fungsi yang sangat beragam seperti menjadi sebuah catatan harian, menjadi media publikasi, sampai dengan menjadi sebuah web portal bagi perusahaan (Sumber: http://www.rumahkiat.com/pengertian-blog-atau-website/)
            Diera ketika biaya untuk memiliki biaya berada diluar jangkauan kantong orang awam, internet sudah mendemokratiskan komunikasi massa meskipun internet masih merupakan medium baru. Aturanya pun baru. Anggota senat AS Trent Lott tak pernah menyangka bahwa karirnya akan berakhir akibat tekanan melalui jaringn online yang dilakukan oleh seorang warga yang berada ditempat yang tidak diketahuinya.
            Joshua Marshall, yang membuat web sendiri talkingpointsmemo.com yang menyebarkan pidato lott yang tergantung sudut pandang anda, bisa terdengar rasis atau tidak sensitif dengan isu ras. Komentar lott ini di sampaikannya pada ulang tahun ke 100 Senator Strom Thurmont yang dahulu adalah pendukung kebijakan pemisahan ras. Para blogger lain juga yang marah ikut bergabung. Tiga hari kemudian berita ini masuk NBC empat hari kemudia Lott minta maaf, dua minggu kemudian rekan-rekan di Senat menggusur dari kursi kepemimpinan.
            Blog terkenal karena sifatnya yang bebas untuk semua.web membuat warga punya akses ke audiens yang sangat luas web bisa menjadi corong yang luas dan efektif diluar media berita traditional yang lahir dari tradisi dan praktik yang sudah terlembagakan.
            Kemudian akses ke audiens yang dimiliki bloger juga memiliki problem. Kebanyakan blogger masih amatir dalam pemberitaan. Dan mereka kurang berpengalaman dalam tradisi jurnalisti. Misalnya, para blogger yang melahirkan bahwa calon presiden John Kerry dan pejabat kantornya punya hubungan gelap.         
Kasus Yang di Alami Nila Tanzil
            Menteri Pariwisata Malaysia Datuk Seri Tengku Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa apa yang ditulis seorang wartawati Indonesia dalam blog-nya adalah bohong. Tulisan tersebut ditulis Nila dan di-posting di blog maverickid.blogspot.com tertanggal 31 Januari 2007, dengan judul "Malaysia Tourism Board, Disappointing" (Dewan Pariwisata Malaysia, Mengecewakan). Nila adalah seorang Public Relation Consultant di sebuah perusahaan PR di Jakarta. Perjalanannya ke Malaysia adalah dalam rangka liputan untuk acara "Melancong Yuk!" yang tayang di SCTV. Oleh SCTV, tepatnya acara Liputan 6, Nila dikontrak sebagai presenter acara tersebut dengan status pekerja lepas. Saat dihubungi detikINET, Jumat (16/3/2007), Nila bercerita bahwa tulisan tersebut dia buat pada tanggal 1 Februari 2007, usai merampungkan perjalanan lima hari di Malaysia pada 25-30 Januari 2007. "Setelah itu, Nila  dapat kabar dari orang SCTV bahwa tulisannya bikin heboh orang Malaysia Tourism Board. Lalu oleh orang SCTV dijawab bahwa tulisan itu bersifat pribadi, tidak ada kaitannya dengan SCTV,"
Banyak blog yang menulis tentang pernyataan Tengku Adnan yang mengatakan "semua blogger adalah pembohong, dari 10 ribu blogger pengangguran, 8 ribu di antaranya adalah wanita." "Baru kemarin Tengku Adnan mengklarifikasi bahwa yang dia maksud adalah blogger Indonesia," Nila berujar. Berubah Nasib Tak hanya membuat gerah pihak Tourism Board Malaysia, tulisan Nila di blog tersebut juga mengubah nasibnya di acara "Melancong Yuk!". "Setelah kejadian itu, SCTV membatalkan perjalanannya ke Makassar. Dan sampai sekarang tidak ada kabar dari orang SCTV, dan tidak ada surat resmi tentang statusnya pada saat itu," kata Nila. "Aku jadi bingung, padahal di kontrak tidak disebutkan ada larangan menulis blog," ujarnya sambil tertawa. Nila mengatakan tidak ada maksud buruk di balik tulisannya. "Aku berharap pihak Malaysia Tourism Board dapat mengambil input positif dari apa yang aku tulis di blog, untuk memperbaiki Visit Malaysia tahun depan. Kalau mau klarifikasi, silahkan klarifikasi," tuturnya
Dari paparan di atas tentulah cyber sangat memberi dapak baik positif maupun negatif berikut isi dari postingan yang di tulis oleh Nila Tanzil
Malaysia Tourism Board, Disappointing
Malaysia Tourism Board invited over 190 journalists from all over the world to witness the opening of Floral Festival 2007, which was part of the Visit Malaysia 2007 program.
From Indonesia, 17 journalists from 10 media – 7 printed media, 3 tv stations -- followed the 5 days trip in Malaysia (Jan 25th to 30th). I got a chance to represent SCTV to go there together with Anca Leksmana (producer) and Bambang Triyono (cameraman). Being invited by the Malaysia Tourism Board, I had a high expectation that it would be a fun and easy trip, in the sense of we would get easy access to explore interesting places in the country.
However, it surprised me that in most of the places written on the itinerary, we couldn’t shoot anything! Actually, when we just arrived at the hotel, the first thing I asked to the Senior Tourism Officer of Malaysia Tourism Board was a simple letter stating that they invited SCTV to come to promote the country for Visit Malaysia 2007, in case we needed it. But, to write such letter, the officer said that they needed two weeks time! Geezz.. Why does it take so long to write a simple letter? I understand bureaucracy might be complicated, but couldn’t they make it simpler to ease the work of the journalists?
So, we were there for 6 days, had an itinerary on hands that looks fabulous from outside but useless. For example, there was a shopping tour program for 5 hours in 2 shopping malls and IKEA. But then, in these malls, it was forbidden to shoot anything. As journalists who work for a TV station, what’s the point going there if we couldn’t record anything? We came to Malaysia to work, not for holidays. We are not tourists.
Another small example, we were scheduled to have lunch at a revolving restaurant at KL Tower. We also couldn’t shoot there and the manager even had no idea that a TV station from Indonesia would come. Being in KL Tower, the 4th tallest tower in the world, it would be such a waste if we couldn’t shoot some scenes from the top of the tower. So, we contacted the PR of KL Tower by ourselves. I got her number from a French journalist who works in KL. We got a good response from her as she realized that it would be a good exposure for KL Tower. Unfortunately, it was Sunday and it was such a short notice. She could only assign a customer service to take us to see the facilities that they have and shoot there. If we contacted her earlier (on the workdays), then she could have arrange a tour to the top of the tower, which is not a public area. Wouldn’t it be amazing?
She wanted the Tourism Board to contact her to confirm that it was true SCTV came on behalf of their invitation. So, we asked the representative of the board to call her. Apparently, she already contacted the Tourism Board in KL herself. And this caused a little bit of a crisis in the board (Malaysia and Indonesia offices). The representative of the board from Indonesia who brought us there, called us up saying that her boss was angry at her and now she looked so stupid and unprofessional in doing her job. So, she warned us not to contact any parties directly in the future. Oh great! Being journalists on a TV station, our job is to get a good picture and produce a good show. If the board didn’t do their homework in arranging permit to shoot in any places, then as journalists, it was our instinct to contact the party directly. Especially, when we could get direct access to the party (journos always know how to get direct access, right? ;))
Being a PR myself, I couldn’t believe how the Malaysia Tourism Board didn’t understand what the media needed. A TV station doesn’t need to go to IKEA and eat at a fancy restaurant if they couldn’t get any story (and picture) out of it. Plus, there are so many nice places in Malaysia that actually we could explore for 5 days, apart from staying in Kuala Lumpur only! Too bad the board didn’t allow us to go outside KL (only to Genting Highlands and Putrajaya). They should’ve created a program highlighting the best spots in the country and most importantly, arranged a permit in each of the places so that we could shoot there freely.

Plus, we got a tour guide that had no experience in guiding the media. She made our days even harder as she always forbids us to shoot here and there, even in Petaling Street (China Town)! Ckckck.. (but we tried to convince her that it was ok to shoot there and if anything bad happens , we wouldn’t blame her. Oyeah, we also managed to drag her to take us to Batu Caves Temple after the Genting Highlands trip. Batu Caves wasn't included in the itinerary, but we had to go there, otherwise we wouldn't have enough images/stories for the show due to all the limitations)
So, 5 days in KL, we felt frustrated. Frustated by the board and… by the tour guide! Hopefully, next year the board does their homework well and knows the needs of each type of the media. If not, it would be such a waste to invite many journos from all over the world if they couldn’t maximize their work during their stay there.
Now you know how frustated we were when filming the show. This is a behind the screen story ;). The "Melancong Yuk" Malaysia episodes will be aired on Saturday, 3 February and Sunday, 4 February at 6.30am in SCTV.
It will be 2 different episodes, full of hard work and lots of candid shots. So, make sure you watch both of them! ;) (Sumber: http://maverickid.blogspot.com/2007/01/malaysia-tourism-board-disappointing.html)
Malaysia Tourism Board, Mengecewakan
Malaysia Tourism Board mengundang lebih dari 190 wartawan dari seluruh dunia untuk menyaksikan pembukaan Festival Floral 2007, yang merupakan bagian dari Visit Malaysia 2007 program. Dari Indonesia, 17 wartawan dari 10 media - 7 media cetak, 3 stasiun tv - mengikuti perjalanan 5 hari di Malaysia (25-30 Januari). Aku mendapat kesempatan untuk mewakili SCTV pergi ke sana bersama-sama dengan Anca Leksmana (produsen) dan Bambang Triyono (kameramen). Diundang oleh Badan Pariwisata Malaysia, saya memiliki harapan tinggi bahwa itu akan menjadi perjalanan yang menyenangkan dan mudah, dalam arti kita akan mendapatkan akses mudah untuk menjelajahi tempat-tempat menarik di negara ini.
Namun, mengejutkan saya bahwa di sebagian besar tempat-tempat yang ditulis di itinerary, kami tidak bisa merekam apapun! Sebenarnya, ketika kita baru saja tiba di hotel, hal pertama yang saya diminta untuk Petugas Pariwisata Senior Malaysia Tourism Board adalah surat sederhana menyatakan bahwa mereka diundang SCTV untuk datang ke negara itu untuk mempromosikan Visit Malaysia 2007, dalam kasus kita membutuhkannya. Tapi, untuk menulis surat tersebut, petugas mengatakan bahwa mereka perlu waktu dua minggu! Geezz .. Mengapa membutuhkan waktu begitu lama untuk menulis surat sederhana? Saya mengerti birokrasi mungkin rumit, tapi tidak bisa mereka membuatnya lebih sederhana untuk memudahkan pekerjaan wartawan?
Jadi, kami berada di sana selama 6 hari, memiliki jadwal di tangan yang tampak cantik dari luar tapi tidak berguna. Misalnya, ada wisata belanja Program selama 5 jam dalam 2 pusat perbelanjaan dan IKEA. Tapi kemudian, dalam mall, hal itu dilarang untuk merekam apapun. Sebagai wartawan yang bekerja untuk sebuah stasiun TV, apa gunanya pergi ke sana jika kita tidak bisa merekam sesuatu? Kami datang ke Malaysia untuk bekerja, bukan untuk liburan. Kami bukan wisatawan.
Contoh lain kecil, kami dijadwalkan untuk makan siang di sebuah restoran berputar di KL Tower. Kami juga tidak bisa merekam di sana dan manajer bahkan tidak tahu bahwa sebuah stasiun TV dari Indonesia akan datang. Berada di KL Tower, menara tertinggi ke-4 di dunia, akan menjadi seperti sampah jika kita tidak bisa direkam beberapa adegan dari puncak menara. Jadi, kami menghubungi PR dari KL Tower oleh diri kita sendiri. Saya mendapat nomor teleponnya dari seorang jurnalis Perancis yang bekerja di KL. Kami mendapat respon yang baik dari saat ia menyadari bahwa itu akan menjadi paparan baik untuk KL Tower. Sayangnya, itu hari Minggu dan itu seperti sebuah pemberitahuan singkat. Dia hanya bisa menetapkan layanan pelanggan untuk membawa kami untuk melihat fasilitas yang mereka miliki dan merekam di sana. Jika kami menghubungi sebelumnya dia (pada hari kerja), maka dia bisa mengatur perjalanan ke puncak menara, yang bukan merupakan area publik. Bukankah lebih menakjubkan?
Dia ingin Tourism Board menghubunginya untuk mengkonfirmasi bahwa hal itu benar SCTV datang atas nama undangan mereka. Jadi, kami meminta wakil dari Tourism Board untuk meneleponnya. Rupanya, dia sudah menghubungi Dewan Pariwisata di KL sendiri. Dan ini menyebabkan sedikit krisis di Tourism Board (Malaysia dan kantor Indonesia). Perwakilan dewan dari Indonesia yang membawa kita di sana, memanggil kami mengatakan bahwa bosnya marah padanya dan sekarang dia tampak begitu bodoh dan tidak profesional dalam melakukan pekerjaannya. Jadi, ia memperingatkan kita untuk tidak menghubungi langsung pihak di masa depan. Oh, bagus! Menjadi jurnalis di stasiun televisi, tugas kita adalah untuk mendapatkan gambar yang bagus dan menghasilkan sebuah pertunjukan yang baik. Jika dewan tidak melakukan pekerjaan rumah mereka dalam mengatur izin untuk merekam di setiap tempat, maka sebagai wartawan, itu adalah insting kita untuk menghubungi pihak secara langsung. Terutama, ketika kita bisa mendapatkan akses langsung ke pihak (jurnalis selalu tahu bagaimana mendapatkan akses langsung, kan? ;))
Menjadi PR sendiri, saya tidak percaya bagaimana Malaysia Tourism Board tidak mengerti apa yang media diperlukan. Sebuah stasiun TV tidak perlu pergi ke IKEA dan makan di restoran mewah jika mereka tidak bisa mendapatkan cerita (dan gambar) dari itu. Plus, ada tempat bagus begitu banyak di Malaysia yang benar-benar kita dapat mencari selama 5 hari, selain tinggal di Kuala Lumpur saja! Sayang sekali dewan tidak memungkinkan kita untuk pergi ke luar KL (hanya untuk Genting Highlands dan Putrajaya). Mereka harus telah membuat program menyoroti tempat terbaik di negeri ini dan yang paling penting, diatur izin di setiap tempat sehingga kita bisa merekamyang  ada secara bebas.

Plus, kami mendapat pemandu wisata yang tidak memiliki pengalaman dalam membimbing media. Dia membuat hari-hari kita lebih keras seperti yang selalu melarang kita untuk me
rekam di sana-sini, bahkan di Petaling Street (China Town)! Ckckck .. (Tapi kami mencoba untuk meyakinkan dia bahwa itu ok untuk merekam di sana dan jika sesuatu yang buruk terjadi, kita tidak akan menyalahkannya Oyeah, kami juga berhasil menyeretnya untuk membawa kami ke Kuil Batu Caves setelah perjalanan Tanah Tinggi Genting.. Gua Batu tidak termasuk dalam jadwal, tapi kami harus pergi ke sana, jika tidak kita tidak akan memiliki cukup gambar / cerita untuk acara karena segala keterbatasan)
Jadi, 5 hari di KL, kami merasa frustrasi. Frustated dengan Tourism Board
. oleh pemandu wisata! Mudah-mudahan, tahun depan Tourism Board melakukan pekerjaan rumah mereka dengan baik dan mengetahui kebutuhan setiap jenis media. Jika tidak, itu akan menjadi seperti sampah untuk mengundang jurnalis banyak dari seluruh dunia jika mereka tidak bisa memaksimalkan pekerjaan mereka selama mereka tinggal di sana.
Sekarang Anda tahu bagaimana frustasi kami saat syuting acara itu. Ini adalah cerita di balik layar ;). The "Yuk Melancong" Malaysia episode akan ditayangkan pada Sabtu, 3 Februari dan Minggu, 4 Februari di 06:30 di SCTV.
Ini akan menjadi 2 episode yang berbeda, penuh kerja keras dan banyak gambar terang. Jadi, pastikan Anda menonton keduanya! ;)

            Dari model komunikasi web yang dalam buku vivian seorang sumber menyampaikan informasi kepada orang banyak dan si sumber mengontrol pesan yang disampaikan dalam hal ini Nila Tnazil merupakan sumber isi pesan yang di posting nya di maverickid.blogspot.com yang mengkritik pelayanan Malaysia Tourism Board jika dilihat dari reaksi tengku adnan web log mampu menjadi media perubahan dan menjadi media yang efektif,
            Karena  sifatnya yang bebas untuk semua. Saya rasa Nila Tanzil mengungkapkan apa yang ada tetapi karena menyangkut citra perusahaan tempat ia kerja sehingga Nila Di dikeluarkan dari SCTV. Disini dampak yang dialami oleh malaysia adalah marah, dan resah dengan demikian seorang blogger mampu melakukan itu,



Sumber:
Jhon vivian, 2008, Teori komunikasi massa, Jakarta: Kencana

Tidak ada komentar:

SUMATERA EKSPRES L.P.6